"Di era pandemi, perusahaan ini tidak terguncang. Koq bisa? Produk kosmetik perawatan kulitnya jalan terus. Kliniknya yang tersebar di enam cabang tetap ramai pengunjung. Beramal pun pol-polan."
Perusahaan itu bernama DNY. Apa rahasia ketangguhannya? Jawabnya: Giving. Ya, berbagi.
DNY suka berbagi kepada sesama, khususnya kaum disabilitas. Sekitar 15 persen dari omzet kotor DNY untuk beramal. Berikut pengakuan Deny Rachmawati, founder DNY Skincare:
RABU (13/10/2021), penulis diterima Bunda Deny. Begitu para kolega, teman, dan customer memanggilnya. Sangat susah bertemu pengusaha wanita ini. Kehidupannya disibukkan dengan aktivitas bantuan sosial. Membantu kaum disabilitas. Dia sangat peduli.
Bila urusan berbagi kepada kaum disabilitas, jangan tanya Bunda Deny. Bukan pamer. Tapi bila disebutkan, bikin kita terbelalak. Kita sulit menghitung dan mengejarnya. Itu karena ladang rezekinya memang ada di kaum disabilitas. Semakin banyak beramal, rezekinya mengalir terus.
Sekitar pukul 15.10, kami di rumahnya. Di perumahan one gate system Jayaland, Gedangan, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Rumahnya di sisi timur pos Satpam. Memanjang timur barat. Di jalan utama perumahan di sisi barat, yakni di ruko. Di situlah klinik DNY Skincare. Itu kantor pusatnya. Klinik dan rumah berada di satu cluster.
Rumahnya tampak sepi. Seorang asistennya keluar. Kami menyapanya dan dipersilakan masuk. Di teras sisi timur terlihat banyak beras kemasan lima kilogram. Baik beras merah maupun putih. Itu jelas beras untuk bakti sosial atau beras yang disiapkan untuk nasi bungkus gratis harian.
Pada 9 Oktober 2021, DNY Skincare usai touring ke Madiun, kawasan hutan Saradan. Sepertinya, waktunya giving touring kepada sesama. Warga disabilitas dan kaum dhuafa di sekitar hutan. Yakni di Desa Gemarang, Kecamatan Durenan, Kabupaten Madiun
Namanya giving touring. Tentu yang diangkut paket bantuan sosial seperti sembako. Kendaraan pengangkutnya jeep dan land cruiser off road beroda besar. DNY memang menyediakan khusus mobil-mobil off road untuk urusan berbagi di daerah-daerah terpencil atau pegunungan.
Di desa itu, DNY membuka pengobatan massal, bagi-bagi sembako dan uang. Wakil Bupati Madiun, Hari Wuryanto dan beberapa anggota dewan tentu saja menyambut baik acara tersebut.
Pada 10 Oktober acara bakti sosial lanjut ke Ponorogo. Menariknya di situ ada satu desa yang semua penghuninya orang disabilitas. Karena, bila mereka hidup di desa lain selalu dikucilkan. Akhirnya mereka kumpul di desa itu. Di situlah DNY berbagi.
Balik ke rumah Bunda Denny, ketika kami memasuki rumahnya tercium bau harum aroma theraphy. Ternyata saat itu Bunda Deny tengah menjalani massage atau pijat. Itu setelah dia selama dua hari bakti sosial di Madiun dan Ponorogo.
Tak lama kemudian, seorang lelaki setengah baya menemui kami. Dia adalah Trimunas Prijanto. Panggilannya Pak Munas. Suami Bunda Denny. ''Maaf, istri masih pijat. Usai baksos di Madiun dan Ponorogo," ujarnya.
Mengapa DNY suka beramal? ''Sejak DNY berdiri 15 tahun lalu, kami suka beramal. Kalau di Islam, kan harus zakat harta atau mal 2,5 persen. Kami muslim. Sudah melakukan itu. Karena itu ketika DNY omzetnya lumayan, kami tak lupa sisihkan rezeki untuk mereka yang membutuhkan. Khususnya kaum disabilitas," jelas Pak Munas.
Mengapa DNY sangat peduli terhadap kaum disabilitas?
''Anak tunggal kami autis. Kami tahu betul bagaimana perasaan orang-orang disabilitas. Mereka butuh dihargai. Juga butuh makan. Mereka adalah warga yang terpinggirkan dan terlupakan. Siapa yang peduli? Kalau bukan kita," jawabnya.
Sejak DNY Skincare mulai besar, semula diterapkan CSR (Corporate Social Responbility) perusahaan ke kaum disabilitas lima persen dari omzet bersih. "Tapi kami susah juga menghitungnya. Karena omzet kotor harus dikurangi biaya operasional perusahaan. Pemisahannya agak lama. Jadi kami putuskan, ya sudah omzet kotor langsung diambil lima persen," jelasnya.
Dia, istri, dan karyawan serta relawan DNY turun lapangan langsung mendistribusikan bantuan sosial. Langsung ke penerimanya. Khususnya warga disabilitas. "Bila dana bantuan tersalurkan, kami puas," ujarnya.
Ternyata lama kelamaan DNY Skincare tambah berkembang. Persentase yang disisihkan untuk warga disabilitas dan tidak mampu ditingkatkan. "Kami tingkatkan jadi 10 persen. Dan, DNY Skincare ternyata semakin berkembang. Malah bisa buka kantor cabang. Kami tingkatkan lagi menjadi 15 persen sampai saat ini," katanya.
DNY, kata Pak Munas, tidak mau ditempeli atau diajak kerjasama dengan yayasan pengepul bantuan atau donatur lainnya. "Kami tidak mau. Kami ingin fokus, uang bantuan itu murni dari uang DNY. Kami dan tim relawan yang menyalurkan sendiri," katanya. Pak Munas lantas izin ke belakang.
Tak lama kemudian, Bunda Deny muncul. Usai dipijat wajahnya agak segar. Sekilas dari penampilannya, orang tak menyangka bahwa beliau adalah pemilik klinik kulit ternama di Jawa Timur. Wajahnya biasa saja, tapi terawat. Tubuhnya agak gemuk. Dia lah pendiri DNY Skincare.
Kapan DNY Skincare mulai berdiri? "Sudah sejak 15 tahun lalu. Awalnya, saya ikut orang. Jadi sales atau reseller sebuah klinik kecantikan di Surabaya. Ketika belum ramai, klinik menggunakan sales atau reseller," ceritanya.
Dia dan sales lainnya turun ke lapangan menawarkan produk klinik. Dia sudah tahu karakter pelanggannya. Dan, bagaimana cara memasarkan produk kosmetik. ''Tapi saat klinik itu ramai, reseller dihapus," jelasnya.
Bila dihitung, Bunda Deny bekerja sebagai reseller di klinik selama 7 tahun. Sejak itu, dia mulai menyukai dunia kecantikan. Dia suka bila melihat wajah wanita terlihat halus dan mulus. Dia penasaran. Bagaimana wanita itu merawat wajahnya.
Saat itu, dia juga bekerja sebagai tenaga honorer di Telkom, selain reseller klinik. Kantornya di belakang Tunjungan Plaza (TP), Surabaya. ''Saya di Telkom bagian 147. Saya beruntung. Dari ratusan anak honorer, saya yang sering dipindah-pindah. Mulai pegang produk internet, SLI, dan Flexi. Dari sini, saya banyak pengalaman soal marketing," ujarnya.
Suatu kali di sekitar TP, dia bertemu seorang perempuan cantik dan kulit wajahnya halus, segar, dan terawat. Perempuan ini bukan SPG yang biasanya harus cantik. ''Perempuan ini hanya pedagang kali lima di sekitar TP. Jangan-jangan wajahnya dirawat dari produk klinik yang biasa saya jual," katanya.
Dia mendekatinya dan menanyakan rahasia perawatan kulit wajahnya. Semula si mbak penjual kaki lima mengatakan hanya perawatan biasa.
"Tapi saya tidak percaya. Setelah saya desak, si mbak akhirnya mengaku memang perawatan. Yang lebih mengagetkan saya, si mbak tidak pakai produk klinik yang biasanya saya jual. Dia pakai produk lain," katanya.
Peristiwa itulah yang menginspirasinya mendirikan DNY Skincare. Dia ingin menciptakan kosmetik perawatan kulit yang warna putih natural. Lebih bagus dibanding produk klinik asal tempatnya bekerja. ''Harga produk saya juga harus lebih murah," katanya.
Maka, diriya lantas keluar dari pekerjaan dan mendirikan DNY Skincare. Menurutnya, kualitas produk DNY Skincare tidak kalah dengan produk klinik lamanya. Harganya juga terjangkau. âHarga kosmetik klinik lama Rp 300.000. Harga kosmetik DNY hanya Rp 125.000. Kualitasnya sama dengan produk klinik mahal. Agar terjangkau para pembantu dan ibu rumah tangga," jelas Bunda Deny.
Maka, dia full konsentrasi berjualan produk DNY Skincare miliknya dengan mengendarai motor Yamaha Mio warna telur asin. ''Saat itu, sehari saya target harus menjual dua produk. Satu untuk makan, dan uang satunya lagi saya simpan. Saat itu rumah juga masih kontrak," katanya mengenang.
Kerja kerasnya akhirnya membawa hasil. Setelah delapan tahun, DNY Skincare mulai dikenal orang. Penjualan pun meningkat dan omzet pun bertambah. ''Saya akhirnya bisa beli rumah sendiri dan mobil," katanya.
Pada 2013, DNY Skincare mulai berkembang pesat dan membuka cabang di Madiun, Ngawi, dan Ponorogo. Kini akan buka cabang di Surabaya. Di Jalan Kutai dan Kutisari. Kantor pusat di Perumahan Jayaland, Gedangan. Di situ ada klinikya. ''Di Sidoarjo, klinik skincare yang ramai ya di DNY Skincare di Jayaland ini. Karena tarifnya terjangkau, dan kualitasnya memuaskan," ujar Bunda Deny.
"Bila saya jalan-jalan di mall atau ke ATM dan bertemu perempuan yang wajahnya penuh jerawat, maka saya tawarkan diri untuk merawatnya. Saya rawat wajahnya sampai sembuh dan kembali mulus. Gratis. Dan, kalau ada wanita ke klinik untuk mempercantik diri gegara suaminya selingkuh, wah.. tambah gratis lagi," jelas Bunda Deny.
Harga DNY Skincare menurutnya kini sangat terjangkau. Mulai Rp 210.000 sampai Rp 300.000. Salah satu produk barunya DNY Skincare for men. Harganya Rp 210.000. "Dan lagi, produk ini banyak diminati wanita dan pria usia di bawah 40 tahun. Tidak berarti usia 40 tahun tidak suka. Banyak juga pelanggan di atas 40 tahun," jelasnya.
Kini DNY Skincare memiliki 65 karyawan dan 5 dokter. "Kami juga memiliki pekerja disabilitas. Mereka kan juga butuh makan dan harus diberi pekerjaan. Siapa lagi yang peduli kalau bukan kita-kita ini," jelasnya.
JIWA SOSIAL TINGKAT DEWA
Mengapa suka kaum disabilitas? ''Anak saya disabilitas, autis. Butuh kesabaran tinggi untuk merawat dan membesarkannya. Kami tahu bagaimana perasaan kaum disabilitas. Mereka seperti orang tidak berdosa,â jelasnya.
Koq bisa? â Bila ada Pilkada dan mereka dipaksa atau diarahkan mencoblos calon A atau B, ya... tidak bisa. Sehingga mereka kerap dilupakan oleh pemerintah setempat. Ini kan kasihan. Beda dengan orang miskin dan dhuafa. Mereka disuruh coblos A atau B ya jelas bisa," katanya.
DNY Skincare sangat peduli terhadap disabilitas. "Kami akan terus menyalurkan bantuan untuk mereka. Bisa jadi karena ada bantuan DNY, mereka kerap mendoâakan DNY dan Alhamdulilah, kami bisa besar seperti sekarang ini. Semoga diberi kelancaran terus," ujarnya.
Soal bantuan sosial lainnya jangan ditanyakan kiprah DNY. DNY dan tim relawan SR (Sedekah Rombongan) dan Gerpik aktif turun di daerah-daerah bencana di Indonesia. Gempa Lombok, DNY dan tim relawan tersebut turun membantu petugas penyelamat dan memberikan bantuan makanan.
Bahkan SR yang dibantu DNY memiliki puluhan mobil ambulance dengan logo SR dan DNY. Cabang-cabang SR tersebar di Indonesia. Antara lain di Malang, Jember, Solo, Magetan, dan Jakarta.
DNY juga kerjasama dengan Gerpik (Gerakan Piknik) yang membantu daerah-daerah bencana. Barusan, DNY membantu Gerpik membeli kapal untuk siap tanggap bencana di laut atau daerah pesisir.
''DNY juga memiliki rumah singgah di Jalan Darmawangsa No.74 Surabaya. Bagi peserta BPJS kelas 3 yang tidak mampu bayar BPJS dan tidak ada rumah silakan di situ. Kami memiliki 16 kamar. Kami juga siap supply makanannya," kata Bunda Deny.
Apakah selama pandemi Covid-19 DNY terguncang?
"Tidak. Malah kami masih bisa berbagi. Sejak pandemi dan sampai saat ini, kami menyiapkan 400-500 nasi bungkus setiap hari. Setiap hari Jum'at, jatah nasi bungkus naik jadi 3.700 bungkus. Di bulan puasa Ramadhan 1.700 bungkus per hari," kata Bunda Deny.
Pada Ramadahan 2021, DNY Skin Care menggelar acara Peduli dan Berbagi, yakni membagikan 545 paket sembako dan uang tunai kepada warga disabilitas dan warga miskin di Taman Paris, Perumahan Jayaland, Gedangan, Jumat (03/9/2021). Sebelumnya, DNY juga bagi-bagi 1.700 nasi bungkus per hari.
"Harta hanya titipan. Yang berguna di akhirat nanti adalah amal jariyah selama hidup di dunia. Mobil-mobil itu hanya hak pakai. Bukan milik saya. Karena bila kita meninggal, hanya kain kafan yang menyertai. Bukan mobil mewah," jelasnya.
Mengapa dana amal harus 15 persen dari omzet bruto? ''DNY Skincare sepertinya akan berkembang lagi, Mas. Bila buka cabang lagi, DNY harus menyisihkan 20 persen dari omzet bruto. Supaya memotong 20 persen tidak eman, kami harus belajar dulu dengan memotong 15 persen dari omzet," kata Bunda Deny.
Apa tidak rugi perusahaan karena jatah amalnya tinggi? ''Kami tidak takut rugi. Buktinya, rezeki kami mengalir terus.Semoga model bisnis kami bisa menginspirasi pengusaha lainnya. Aamiin," kata Bunda Deny. (*)
*Penulis adalah Wartawan Madya, PWI-Dewan Pers.
Sumber : https://m.cowasjp.com/read/6664/20211016/161432/makin-besar-sedekah-makin-pesat-berkembang/
5 January 2022
9 November 2021
27 October 2021
16 October 2021